Saturday, February 18, 2012

Asal Muasal Maulid Nabi Shallallahu 'alaihi Wassalam

Tulisan inih berawal dari ketika gw ikut satu kajian hadist. Dalam kajian tersebut, ada yg bertanya, 'ustadz, bagaimana hukumnya dengan merayakan maulid Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam'. Lalu si ustadz pun menjawab (fyi : si ustadz ituh termasuk ustadz senior, tp inih pertama kalinya gw ikut kajian dia, karena gw mau tau apakah dia ASWAJA lurus ato yg masih belok2. Bukan apah2, gw rada males kalo ikut kajian trnyata ustadnya ituh nganjurin yg aneh2, kaya..hmm....istighosah ke kuburan. BIG NO lah. ).

Si ustadz menjawab kalau semua ibadah yg tidak dilakukan Rasulullah shallallahu'alaihi wassalam dibilang bid'ah, maka umrah di bulan Ramadhan ituh termasuk bid'ah karena beliau belum pernah melakukannya. Jadi menurut dia, maulid Nabi ituh bukan termasuk ibadah, tapi termasuk muamalah. Yang intinyaaahhh....Maulid Nabi ituh boleh.

Terus terang gw bingung. Gw udah yakin perayaan ituh termasuk bid'ah, tp yg bikin gw bingung ituh perkataan dia kalau ituh bukan ibadah tp muamalah, dan permisalannya yg dia blg tentang umrah di bulan Ramadhan.

Jadi gw tanya ke ust ngaji gw, dan dia pun menjawab dgn memberikan beberapa artikel ke gw hari inih. Inih dia salah satu artikelnya. (Mudah2n SOPA belum berlangsung... !)

=====================================================

http://www.fiqhsunnah.com/aqidah/sejarah-peringatan-maulid-nabi.html

Peringatan Maulid Nabi shallallahu `alaihi Wasallam

(Tinjauan Sejarah dan Hukumnya menurut islam) *

a. Sejarah peringatan maulid

Seluruh ulama sepakat bahwa maulid Nabi tidak pernah diperingati pada masa Nabi shallallahu `alaihi wasallam hidup dan tidak juga pada masa pemerinta- han khulafaurrasyidin.

Lalu kapan dimulainya peringatan maulid Nabi dan siapa yang pertama kali mengadakannya?

Al Maqrizy (seorang ahli sejarah islam) dalam bukunya "Al khutath" menjelaskan bahwa maulid Nabi mulai diperingati pada abad IV Hijriyah oleh Dinasti Fathimiyyun di Mesir.

Dynasti Fathimiyyun mulai menguasai mesir pada tahun 362 H dengan raja pertamanya Al Muiz lidinillah, di awal tahun menaklukkan Mesir dia membuat enam perayaan hari lahir sekaligus; hari lahir (maulid ) Nabi, hari lahir Ali bin Abi Thalib, hari lahir Fatimah, hari lahir Hasan, hari lahir Husein dan hari lahir raja yang berkuasa.

Kemudian pada tahun 487 H pada masa pemerintahan Al Afdhal peringatan enam hari lahir tersebut dihapuskan dan tidak diperingati, raja ini meninggal pada tahun 515 H.

Pada tahun 515 H dilantik Raja yang baru bergelar Al amir liahkamillah, dia menghidupkan kembali peringatan enam maulid tersebut, begitulah seterusnya peringatan maulid Nabi shallallahu `alaihi wasallam yang jatuh pada bulan Rabiul awal diperingati dari tahun ke tahun hingga zaman sekarang dan meluas hampir ke seluruh dunia.

b. Hakikat Dynasti Fathimiyyun:

Abu Syamah (ahli hadist dan tarikh wafat th 665 H) menjelaskan dalam bukunya "Raudhatain" bahwa raja pertama dinasti ini berasal dari Maroko dia bernama Said, setelah menaklukkan Mesir dia mengganti namanya menjadi Ubaidillah serta mengaku berasal dari keturunan Ali dan Fatimah dan pada akhirnya dia memakai gelar Al Mahdi.

Akan tetapi para ahli nasab menjelaskan bahwa sesungguhnya dia berasal dari keturunan Al Qaddah beragama Majusi, pendapat lain menjelaskan bahwa dia adalah anak seorang Yahudi yang bekerja sebagai pandai besi di Syam.
Dinasti ini menganut paham Syiah Bathiniyah; diantara kesesatannya adalah bahwa para pengikutnya meyakini Al Mahdi sebagai tuhan pencipta dan pemberi rezki, setelah Al Mahdi mati anaknya yang menjadi raja selalu mengumandangkan kutukan terhadap Aisyah istri rasulullah shallallahu `alaihi wasallam di pasar-pasar.

Kesesatan dinasti ini tidak dibiarkan begitu saja, maka banyak ulama yang hidup di masa itu menjelaskan kepada umat akan diantaranya Al Ghazali menulis buku yang berjudul "Fadhaih bathiniyyah (borok aqidah Bathiniyyah)" dalam buku tersebut dalam bab ke delapan beliau menghukumi penganutnya telah kafir , murtad serta keluar dari agama islam.

c. Hukum perayaan maulid Nabi:

Sebenarnya, dengan mengetahui asal muasal perayaan maulid yang dibuat oleh sebuah kelompok sesat tidak perlu lagi dijelaskan tentang hukumnya. Karena saya yakin bahwa seorang muslim yang taat pasti tidak akan mau ikut merayakan perhelatan sesat ini.

Akan tetapi mengingat bahwa sebagian orang masih ragu akan kesesatan perhelatan ini maka dipandang perlu menjelaskan beberapa dalil (argumen) yang menyatakan haram hukumnya merayakan hari maulid Nabi shallallahu `alaihi wasallam.

Diantara dalilnya:

1.   Allah taala berfirman:

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Q.S. Al Maidah: 3).

Ayat di atas menjelaskan bahwa agama islam telah sempurna tidak boleh ditambah dan dikurangi, maka orang yang mengadakan perayaan maulid Nabi yang dibuat setelah rasulullah shallallahu `alaihi wasallam wafat berarti menetang ayat ini dan menganggap agama belum sempurna masih perlu ditambah. Sungguh peringatan maulid bertentangan dengan ayat di atas.

2.   Sabda Nabi shallallahu `alaihi wasallam :

Hindarilah amalan yang tidak ku contohkan (bid`ah), karena setiap bid`ah menyesatkan”. HR. Abu Daud dan Tarmizi.

Peringatan maulid Nabi tidak pernah dicontohkan Nabi, berarti itu adalah bi'dah, dan setiap bi'dah adalah sesat, berarti maulid peringatan Nabi adalah perbuatan sesat.

3. Sabda Nabi shallallahu `alaihi wasallam :

“Siapa yang menghidupkan suatu amalan yang tidak ada dasarnya dalam dien kami, amalannya ditolak.” Muttafaq ’alaih

Dalam riwayat Muslim: “Siapa yang mengamalkan perbuatan yang tidak ada dasarnya dalam dien kami, amalannya ditolak.”

Dua hadist di atas menjelaskan bahwa setiap perbuatan yang tidak dicontoh Nabi tidak akan diterima di sisi Allah subhanahu wa ta'ala, dan peringatan maulid Nabi tidak dicontohkan oleh Nabi berarti peringatan maulid Nabi tidak diterima dan ditolak.

4. Sabda Nabi shallallahu `alaihi wasallam:

Barang siapa yang meniru tradisi suatu kaum maka dia adalah bagian dari kaum tersebut. HR. Abu Daud.

Tradisi peringatan hari lahir Nabi Muhammad meniru tradisi kaum Nasrani merayakan hari kelahiran Al Masih (disebut dengan hari natal) , maka orang yang melakukan peringatan hari kelahiran Nabi bagaikan bagian dari kaum Nasrani –wal'iyazubillah-.

Peringatan maulid Nabi sering kita dengar dari para penganjurnya bahwa itu adalah perwujudan dari rasa cinta kepada Nabi. Saya tidak habis pikir bagaimana orang yang mengungkapkan rasa cintanya kepada Nabi dengan dengan cara melanggar perintahnya, karena Nabi telah melarang umatnya berbuat bid’ah. Ini laksana ungkapkan oleh seorang penyair :

Jikalau cintamu kepadanya tulus murni, niscaya engkau akan mentaatinya.

Karena sesungguhnya orang yang mencintai akan patuh terhadap orang yang dicintainya

Orang yang mengadakan perhelatan maulid Nabi yang tidak pernah diajarkan Nabi sesungguhnya dia telah menuduh Nabi telah berkhianat dan tidak menyampaikan seluruh risalah yang diembannya.

Imam Malik berkata," orang yang membuat suatu bid’ah dan dia menganggapnya adalah suatu perbuatan baik, pada hakikatnya dia telah menuduh Nabi berkhianat tidak menyampaikan risalah.

Setelah membaca artikel ini, berdoalah kepada Allah agar diberi hidayah untuk bisa menerima kebenaran dan diberi kekuatan untuk dapat mengamalkannya dan jangan terpedaya dengan banyaknya orang yang melakukannya seperti firman Allah:
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (Q.S. Al An'aam: 116 ).

Abu Raihanah

*Dikutip dari: Makalah Sejarah Maulid, hukum dan pendapat ulama terhadapnya karya Nashir Moh. Al Hanin dan sumber lain.

===================================================

Dalam artikel lain (http://www.an-najiyyah.com/index.php/bidah/73-bidah/242-apa-hukumnya-merayakan-maulid-nabi-4.pdf) tentang pertanyaan yg ditanyakan kepada Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy Syaukani, apa yg dilakukan dalam Maulid di negara arab sanah ternyata ga jauh beda dgn ritual Maulid yg dilaksanain di Indonesia. Gw pernah dikasih tau ttg ritual inih sama nyokap gw dulu, dan pas baca artikel dibawah inih, gw rada kaget juga, karena...loh kok sama yah. Intinya, percaya kalau Rasulullah hadir di dalam ritual mereka. (Pas pertama kali dgr inih, gw lgs bilang...heeeee ??? ajaran dari manah ituh).

Hmm....mari kita lihat.

ada kasus ketika Imam Asy Syaukani sedang dialong dgn seseorang yg menghadiri maulid Nabi.

"dia (si yg menghadiri maulid) memberitahukan kepada saya (Imam Asy Syaukani) : “bahwa dia telah hadir pada malan perayaan maulid tersebut,
pada bulan ini (Rabiul awwal, pent)” maka saya ingkari perbuatannya, lantas dia berkata: “telah hadir bersama kami tuan sipulan, sipulan dan sipulan”, lalu saya bertanya: “ bagaimanabentuk pelaksanaannya didepan mereka para tuan itu”, maka dia menjawab: ‘yang membaca maulid tersebut seorang laki-laki yang bodoh, sementara para tuan-tuan tersebut memukul gendang sambil menyanyi dan mendengarkannya, sampai dia berdiri seolah-olah lepas dari
ikatan sambil mengucapkan: “ Selamat datang wahai cahaya mataku, selamat datang” dan berdiri pula bersamanya seluruh yang hadir termasuk para tuan tersebut dan yang lainnya, lalu dia bersuara sambil berdiri, begitu juga mereka yang hadir, tatkala capek sebagian yang hadir lalu dia duduk, lalu sebagian para tuan tersebut melarangnya sambil berkata yang dimukanya terlihat kemarahan-: “berdiri wahai sibodoh”, (dengan lafazd seperti ini), dan mereka tidak ragu lagi bahwasanya Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam telah sampai kepada mereka pada waktu itu, kemudian mereka saling bersalaman dan sebagian orang yang awam dengan segera memberikan bermacam-macam wangian ketangan mereka, seolah-olah mereka sedang mempergunakan kesempatan bertemu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

innalillahi wainnailaihi raji’un !! lalu mana kehormatan (kemuliaan) agama ini ?, jikalau sudah hilang, mana rasa malu dan akal yang sehat ? .

Gw setujuh bgt sama kata2 yg di bold. So...masih mau ikut2an ngerayain Maulid setelah baca sejarahnya ?. Not for me absolutely !

No comments:

Post a Comment